Ibadah Puasa menuju ketaqwaan. Oleh Cucu Komariah, M.Pd ( Penyuluh Agama Islam Non PNS Kamenag Purwakarta, Kamad MTs Insan Kamil Payatiman, Ketua BKMM Kab. Pwk )
Puasa merupakan satu bentuk ibadah yang disyari'atkan sejak umat - umat nabi terdahulu, sebagaimana termaktub dalam Alquran surat Albaqoroh ayat 183.
يا ايهاالذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب عل الذين من قبلكم لعلكم تتقون
Artinya : " Wahai orang - orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang - orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa."
Ayat ini sangat menarik bahwa keberadaan puasa sebagai media untuk mengantarkan kepada ketaqwaan ini, minimal dapat kita petik dari konteks ibadah itu sendiri. Diantaranya puasa adalah mengosongkan perut dengan menghindari makan dan minum. Perut yang kosong dalam sehari secara fisik mengakibatkan pengurangan energi dalam tubuh manusia, sehingga berakibat fisik yang lemah dalam sehari. Ini mengajarkan kepada manusia bahwa ia memiliki ketergantungan terhadap makanan dan minuman dan setiap yang memiliki ketergantungan berarti pada hakikatnya ia tidak sempurna tidak pantas mengagung agungkan diri.
Lebih jauh lagi manusia tidak layak mempertuhankan hasil karya cipta manusia. Karena karya karya manusia itu memiliki ketwrgantungan dengan manusia atau mahluk lain.
Puasa mengantar pelakunya menjadi orang yang memiliki jiwa sosial. Dengan puasa orang bisa merasakan penderitaan orang orang yang kelaparan, dengan puasa orang tidak akan semena mena terhadap mereka yang kurang beruntung para faqir miskin.
Di siai lain puasa merupakan benteng untuk melindungi diri dari kekuatan nafsu. Puasa merupakan bentebg dari godaan nafsu.
Dari tulisan ini kita dapat mengambil pengertian bahwa ibadah puasa yang berupa menahan diri dari makan dan minum sejak fajar sampai terbenamnya matahari, sebenarnya merupakan langkah awal dari suatu tujuan yang amat agung. Yakni menghindari makan dan minum kepada tahap berikutnya, yaitu merenungi hikmah yang ada pada ibadah tersebut, sehingga orang yang berpuasa tergugah untuk menghindari apa saja yang berpotensi menimbulkan bahaya yang berasal dari makanan dan minuman serat segala hal yang terkait dengan urusan perut. Dan pada tahap berikutnya, ia akan mencapai tahapan yang merupakan puncak dari hikmah puasa itu, yaitu kedekatan diri kepada Alloh Swt yabg terrefleksikan dalam nilai nilai ketaqwaan.
Tentu saja tahapan tahapan yersebut dapat dicapai bila ada kesubggihan dalam pelaksanaan ibadah puasa, tidak terhenti pada pelaksanaan secara material saja. Mudah mudahan kita termasuk hamba Alloh yang dapat mencapai tahapan tahapan menuju kemulyaan hakiki, yakni kemulyaan disisi Alloh Swt. Aamiin
Demikian yabg bisa saya tulis semoga ada manfa'atnya. Wassalaamu 'alaikum wr.wb
Komentar
Posting Komentar